Ada ungkapan, “Bergurulah sampai ke Cina”. Awalnya, saya tidak mengerti
apa maksudnya. Tetapi, akhirnya saya mengerti setelah berkunjung ke
“TKP” langsung. Terutama, Beijing. Sejak menit saya menginjakkan kaki di
bandara internasional Capital, mulut saya tidak henti-hentinya
menganga. Terkadang, saya berkali-kali memegang tangan teman perjalanan
saya untuk membuktikan saya memang berada di kota yang super luas dan
menakjubkan.
Ada
beberapa tempat yang membuat saya begitu mengagumi Beijing. Salah
satunya adalah Summer Palace yang terletak di daerah Haidian, sebelah
barat laut kota Beijing. Agak jauh memang. Sekitar 40 menit dengan
taksi, termasuk macet. Namun, setelah melihat pemandangan di tempat itu,
perjalanan jauh itu pun seperti terbayar. Biaya taksi sekitar 100 yuan
(Rp 150 ribu) memang agak mahal tapi menghemat waktu. Sebenarnya banyak
pilihan bus dan naik kereta bawah tanah yang jelas jauh lebih murah.
Begitu
memasuki pintu masuk, Danau Kunming yang luas sukses membuat perut
mulas. Di sebelah kiri, terdapat jembatan panjang dengan 17 lekukan
(Shiqi Kong Qiao) yang menjadi penyambung dari pulau buatan yang diberi
nama Nanhu Dao. Di pulau seluas 2,2 kilometer persegi ini terdapat Hall
of Embracing Universe.
Namun,
perhatian saya lebih tertuju ke sebelah kanan danau, yakni Wangshou
Shan/Longevity Hill. Dari jauh terlihat menara Tower of Buddha’s
Fragrance. Untuk mencapai menara ini dari pintu gerbang depan cukup
jauh, sekitar satu kilometer sendiri. Untung, pemandangan saat menyusuri
pinggir danau sangat menakjubkan.
Berhubung
saya ke sana di akhir musim dingin, danau Kunming pun membeku. Terus
terang, melihat danau beku merupakan pengalaman pertama sehingga saya
pun takjub berat. Di tengah-tengah danau, terlihat ada beberapa cowok
yang asyik berseluncur es — walau di pinggir danau jelas-jelas ada
larangan tidak boleh menginjak es.
Summer Palace dulunya
merupakan tempat tinggal raja selama musim panas. Istana ini sebenarnya
istana musim panas keduanya. Yang lama, masih di distrik yang sama,
sudah tinggal reruntuhan. Sebagai tempat menikmati musim panas, tidak
heran jika hampir semua paviliun yang diciptakan di sekitar danau sangat
menarik.
Salah satunya adalah paviliun Zhichun Ting (Heralding
Spring Pavilion). Dengan jembatan dan pilar-pilar warna merah, pavilion
dengan atap kerucut bertingkat khas Cina, tempat ini memang enak sekali
buat tempat “ngadem” alias berteduh, menikmati semilir angin sejuk
menjelang musim dingin. Di sebelah paviliun, terdapat menara Wenchang
yang pintu gerbangnya lagi-lagi membuat saya takjub. Dengan tanah yang
luas, Cina memang kalau membuat sesuatu selalu dalam skala besar dan
luas. Apalagi, tempat ini dibuat sebagai tempat peristirahatan sang
raja.
Berhubung
waktu yang agak terbatas, saya tidak masuk ke menara Wenchang. Tujuan
utama saya adalah menara 36 meter Foxiang Ge yang berada ditengah bukit.
Saat mendekati bukit, kebesaran budaya negara yang sering disebut
Tiongkok semakin terasa. Tidak hanya dari pintu gerbang, aula, kuil,
arca/patung, koridor sampai penataan taman.
Jejeran cemara di
koridor panjang menuju menara menambah keindahaan. Ukiran di
langit-langit di setiap aula yang saya dilewati juga menakjubkan.
Bagaimana mereka bisa menempelkan ukiran begitu detail dan bisa bertahan
begitu lama juga membuat decak kagum saya tidak berhenti. Begitu tiba
di atas menara, melihat danau yang begitu luas dan beku dengan pohon di
pinggir danau yang beranting kering juga menjadi satu pemandangan yang
hanya bisa dinikmati di Summer Palace.
Bangunan
menarik lainnya adalah satunya adalah perahu marmer Qingyang Fan (Clear
and Peaceful Boat). Bagaimana perahu marmer sepanjang 36 meter itu bisa
dibawa di pinggir danau juga membuat saya mengerti mengapa UNESCO
memasukkan tempat ini dalam daftar warisan dunia. Istana musim panas ini
bisa dibilang merupakan perpaduan dari kecerdasan manusia dalam
berkreasi namun tetap berharmoni dengan alam.
Soal
harmoni alam di istana ini bisa dilihat dari tata taman luas yang ada
di sekitar istana. Sukses membuat saya sangat betah berlama-lama saking
indahnya. Saya lupa kalau saya sedang berada di luar ruangan dengan suhu
di bawah 20 derajat, suhu yang jelas bukan suhu yang badan saya biasa
alami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar